PAGEBLUK SADIS : PENCIPTA PENGANGGURAN AKIBAT ANOMALI GELOMBANG KONJUNGTUR PEREKONOMIAN, INI SOLUSI MAHASISWA MENUJU SDGs 2030
oleh:
Faishal Dzaky Affianto (1900710)
Melinda Amelia (1901829)
Ajie Iskandar Zulkarnain (2008729)

Disampaikan dalam IMAKSI ESSAY AND DEBATE COMPETITION

Masyarakat global telah dihebohkan dengan banyaknya dampak yang dihasilkan dari Corona Virus Disease 19 atau yang dikenal dengan COVID-19. Tak dapat dipungkiri bahwa semua lapisan masyarakat harus menelan pil pahit akibat dari pandemi ini, khususnya masyarakat di Indonesia. Terhitung 15 bulan sudah sejak virus dari Wuhan, China ini datang ke Indonesia, yaitu sejak bulan Maret 2020. Memporakporandakan keadaan sehingga menjadi Bencana Non Alam Nasional menurut Keputusan Presiden Nomor 12 Tahun 2020. Virus yang menyerang sistem pernapasan ini bak pagebluk sadis yang meruak dengan cepat menerpa segala kondisi masyarakat Indonesia, mulai dari kesehatan, pendidikan, pariwisata, tak terkecuali ekonomi.
Di tiga perempat abad kemerdekaan Indonesia, kini kita dihadapkan oleh musuh yang tak kasatmata. Diawal kemunculannya banyak ahli yang mengemukakan bahwa Indonesia akan digentayangi oleh bayangan resesi ekonomi. Empat bulan kemudian setelah Indonesia mewartakan kasus pertama positif COVID-19, perekenomian Indonesia langsung diterpa oleh keterpurukkan fakta yang menyakitkan. Pertama kalinya sejak tahun 2015 Pertumbuhan Ekonomi Indonesia tercatat minus dan menjadi anomali gelombang konjungtur perekonomian di Indonesia. Banyak hal yang ditimbulkan dari terjadinya anomali
gelombang konjungtur perekonomian ini, diantaranya pengangguran yang berpotensi menstimulasi naiknya angka kemiskinan di Indonesia. Apakah Indonesia masih mempunyai peluang besar untuk melepaskan belenggu dari bahaya keterpurukan ekonomi??.
Keadaan perekonomian Indonesia yang semakin merosot akibat pandemi COVID-19 membuat kemampuan masyarakat untuk membeli produk menurun drastis, sehingga banyak perusahaan yang mengalami kerugian besar kemudian menutup usahanya (Fahri et al., 2020). Disinyalir pandemi pun turut meningkatkan angka pengangguran di Indonesia yang disebabkan oleh beberapa hal, seperti adanya kebijakan PSBB yang membuat penjual barang dan jasa merasa sepi pengunjung akibat kebijakan yang membatasi aktivitas setiap individu sehingga tutupnya usaha-usaha di sektor ekonomi dan menyebabkan mereka kehilangan pekerjaan. Selain itu di masa pandemi ini, masyarakat memiliki tingkat ketakutan yang tinggi untuk berdiam diri di rumah dengan disertai peraturan pemerintah yangmembatasi masyarakat untuk bekerja atau berbisnis, sehingga lebih rela menjadi pengangguran atau bahkan terpaksa menganggur karena peraturan tersebut. Utamanya permasalahan pengangguran di masa pandemi COVID-19 ada karena banyaknya perusahaan yang gulung tikar dan mendorong perusahaan-perusahaan tersebut melakukan PHK karyawan. Karyawan yang terkena PH K akan menjadipengangguran yang menyebabkan minimnya pendapatan yang diperoleh para penganggur dan mengurangi pengeluaran konsumsinya, yang berujung pada penurunan kemakmuran dan kesejahteraan dan memicu kemiskinan. (Isaf, 2014).
Tingkat pengangguran yang terlalu tinggi juga dapat menyebabkan kekacauan politik, keamanan, sosial, serta mengganggu pertumbuhan dan pembangunan ekonomi. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik tercatat bahwa terdapat 2,56 juta jiwa dari 29,12 juta orang penduduk usia kerja yang menjadi pengangguran karena terdampak COVID-19 (BPS, 2019). Hal ini disebabkan dari berbagai factor, salah satunya yaitu tingkat pendapatan menjadi rendah bahkan memicu munculnya kemiskinan. Sebagai langkah menuju Sustainable Development Goals 2030 khususnya dalam bidang ekonomi. Maka hal yang harus diselesaikan adalah permasalahan kemiskinan dan dapat diselesaikan melalui langkah konkret yang dilakukan mahasiswa dengan maksimal sebagai bagian dari masyarakat dan menjalankan peran sebagai mahasiswa Peran mahasiswa berdampak besar bagi perbaikan pada anomali perekonomian yang sedang terjadi. Disiasati sebagai pemilik tingkat intelektualitas yang tinggi, Mahasiswa dituntut untuk memberikan dampak terhadap sekitar. Hal ini sejalan dengan peran mahasiswa sebagai agent of change. Tak hanya demikian, mahasiswa diharapkan dapat mewujudkan perubahan bangsa kearah yang lebih baik melalui pemikiran kritisnya dan kecepatan dalam bertindak.
Pemberian Informasi Pelatihan yang disediakan oleh Balai Latihan Kerja
Banyak sekali masalah yang ditemukan terkait masyarakat yang terkena PHK di tempat ia bekerja semenjak pandemi COVID-19 ini berlangsung. Dan sulit mencari pekerjaan lagi karena minimnya skill. Sehingga, perlu adanya pelatihan untuk meningkatkan skill masyarakat khususnya pencari pekerjaan agar dapat bersaing di dunia kerja. Saat ini pemerintah telah menyediakan program Balai Latihan Kerja untuk para pencari kerja melatih skill mereka. Namun sayangnya tidak banyak yang mengetahui mengenai program ini. Dalam menyokong Sustainable Development Goals (SDGs) khususnya poin pertama yaitu tanpa kemiskinan, Disinilah peran mahasiswa sangat dibutuhkan. Mereka bisa memberikan informasi secara berkelanjutan mengenai program ini kepada masyarakat. Dengan harapan masyarakat dapat meningkatkan skill dan bisa bersaing dalam mencari pekerjaan. Sehingga secara tidak langsung telah membantu masyarakat agar keluar dari lingkaran tirani garis kemiskinan akibat pengangguran yang disebabkan pandemi COVID-19.(Waseso & Handoyo, 2020)
Menjadi Relawan Program Digitalisasi Penjualan Pedagang dalam Menyokong Kemandirian UMKM.
Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) saat ini sedang menjadi primadona di masa pandemi COVID-19, karena mereka cukup bertahan dengan baik meski sedang terjadi pandemi sekalipun. Namun sayangnya, masih ada saja yang gulung tikar. Mereka yang gulung tikar beralasan mereka tidak dapat bersaing karena tidak paham teknologi. Sebagai agent of change, mahasiswa dapat berperan aktif membimbing pedagang kecil dalam proses digitalisasi penjualan mereka agar dapat lebih bersaing dengan pedagang lainnya.
Ikut Andil dalam Mengawal Proses Penyaluran Program Bantuan bagi Masyarakat untuk Pemulihan Ekonomi Pasca Pandemi COVID-19
Presiden RI, Ir. H. Joko Widodo, telah memberikan bantuan social bagi masyarakat melalui Kementerian Sosial. Namun sayangnya ada saja oknum yang melakukan korupsi dalam program bansos ini.(BBC, 2020) Akibatnya, masyarakat tak dapat menerima manfaat dari program tersebut. Sehingga, yang tadinya diharapkan dapat membantu perekonomian masyarakat, menjadi tersendat. Perlu adanya controlling dari masyarakat khususnya mahasiswa untuk mengawal proses penyaluran bantuan sosial bagi masyarakat.
Kita sebagai mahasiwa mempunyai cara pandang yang berbeda dalam melihat penderitaan sebagai realita kehidupan yang tidak bisa ditolak dan memanfaatkan peran yang sudah kita punya sedari dulu. Tak dapat dipungkiri bahwa kontribusi, kerja keras, dan bahu membahu yang kita lakukan dapat mengentas kemiskinan yang disebabkan oleh pengangguran dan mampu
menstabilkan gelombang konjungtur ekonomi di Masa Pandemi COVID-19.

Sumber :
BBC. (2020). Mensos Juliari Batubara jadi tersangka korupsi bansos Covid-19, ancaman hukuman mati bakal menanti? https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-55204360 BPS. (2019). Keadaan Ketenagakerjaan Indonesia Agustus 2019. Badan Pusat Statistik, XXiI, 05 N(91), 1–20.
https://www.bps.go.id/publication/download.html?nrbvfeve=YjdlNmNkNDBhYWVhMDJiYjZkODlhODI4&xzmn=aHR0cHM6Ly93d3cuYnBzLmdvLmlkL3B1YmxpY2F0aW9uLzIwMTgvMDYvMDQvYjdlNmNkNDBhYWVhMDJiYjZkODlhODI4L2tlYWRhYW4tYW5na2F0YW4ta2VyamEtZGktaW5kb25lc2lhLWZlYnJ1YXJpLTIwMTgu
Fahri, Jalil, A., & Kasnelly, S. (2020). Meningkatnya Angka Pengangguran Di Tengah Pandemi (Covid-19). 2(pengangguran akibat covid 19), 45–60.
Isaf, D. (2014). Analisis Dampak Pengangguran Terhadap Kemiskinan Di Dki Jakarta. Jurnal Pendidikan Ekonomi Dan Bisnis (JPEB), 2(2), 63.https://doi.org/10.21009/jpeb.002.2.5
Waseso, R., & Handoyo. (2020). Akibat pandemi Covid-19, pengangguran dan kemiskinan diprediksi mengalami lonjakan.